Senin, 20 September 2010

Petualangan Kecilku

Bukit dan hutan yang berjajar terasa melengkapi kenyataan bahwa tempat ini adalah sebuah pemukiman yang terletak di pedalaman nan jauh di Kalimantan tengah. Terangkai jelas tempat itu dalam benakku, tak pernah aku merasa takut karena selalu saja banyak orang di sekitarku. Gadis berusia 4 tahun yang tak mengerti apa-apa, mengikuti jejak ayah bundanya untuk menjalankan tugas. Kepindahanku kali ini, tak begitu membuat aku sedih karena aku sama sekali tak mengingat tempat tinggal sebelum ini. Ini adalah awal dari rangkaian petualnagn kecilku yang terekam indah dalam sanubari.
Rumah panggung, khas perumahan di pedalaman Kalimantan kini kami tempati. Ada halaman luas di depannya, terdapat sebuah ruang tamu, dua kamar tidur, ruang keluarga, ada dapur dan kamar mandi. Ini adalah rumah dinas bapak, memang serupa dengan rumah-rumah dinas lainnya yang ada di daerah transmigrasi. Satu minggu ato tepatnya aku lupa berapa lamanya, penduduk bapak yang ada di daerah lama mengikuti jejak bapak juga, mereka ikut pindah dan sekitar beberapa minggu tinggal di rumah kami. Tak ingat dengan jelas berapa banyaknya mereka, yang aku ingat hanya suasana rumah sangat ramai setiap harinya. Para ibu-ibu memasak bersama, dan para bapak-bapak mencari kayu bakar atao ikan yang bisa kami makan untuk menambah kebutuhan. Dan kami anak-anak tidak memiliki tugas yang penting, kami main-main setiap hari sampai puas. Tetapi ada segerombol anak-anak yang agak besar mencoba untuk mencari makanan, dan alhasil mereka menemukan setandan pisang yang siap santap di belakang ladang belakang. Padahal itu adalah pisang milik salah satu penduduk setempat….haha..kami berlarian dan memakan pisang tersebut beramai-ramai, sangat menyenangkan saat itu.
Dengan bergantinya waktu, maka keluarga yang bergabung memisahkan diri dan memiliki rumah sendiri-sendiri. Kini tinggal kami, ada bapak yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, ada ibu yang pintar membuat camilan untuk kami, ada mbak aku yang begitu lincah dan senang bepergian tanpa aku ketahui dan ada aku yang gendut dan menggemaskan. Tanpa beban karena aku masih kecil, yang aku tau aku bisa bersekolah dan bertemu dengan teman-teman baru. Jangan heran, kata ibu aku sudah bersekolah dari usiaku 2 tahun walau kala itu aku hanya ikut mbak L bersekolah. Maka di usiaku yang 4 tahun ini bisa dikatakan aku tak takut dan tak perlu di antar ibu untuk menuju sekolah. Memang dekat rumah kami dengan sekolah Tk tersebut, semangat membara untuk berkumpul dengan teman berkobar-kobar dalam dada. Sedikit teringat samar dalam ingatan, aku diperkenalkan oleh guru yang mengajar waktu itu. Dan hal itu, hal yang membuatku sangat marah teringat kini…ibu guru dalam candanya, menyebut alisku segedhe pisang raja dan kontan saja aku menangis karena anak-anak yang ada pada tertawa. Tanpa komando dan tanpa melihat ke belakang aku pergi meninggalkan sekolah tk tersebut. Menangis aku dalam perjalanan pulang. Dan selama hamper satu tahun aku tak ingin bersekolah dan memutuskan untuk menghabiskan waktu bermain-main. Ketika ajaran baru telah tiba, usiaku hamper 5 tahun dan ibu mendaftarkan aku pada Tk yang ada, kali ini aku mau karena tempat tk tersebut pindah dan aku mengiranya gurunya pasti juga beda betapa aku senang akan hal tersebut. Kembali aku ke sekolah, bertemu dengan teman-teman yang baru.
Beberapa bulan aku menikmati indahnya sekolah tk, terbesit dalam inginku seornag adek. Aku yang anak terakhir waktu itu merasa sedikit kesepian…walau ada mbak tetapi dia senang pergi dengan teman-temannya dan meninggalkan aku ya mungkin karena dia tak mau terganggu mainnya, ibu juga punya kesibukan…karena sebagai istri pegawai pemukiman tersebut maka ibu aktif melakukan kegiatan organisasi seperti arisan, yasinan, kumpul PKK, kadang masak bersama dengan istri2 pegawai dari pemukiman lain. Dan karena aku orang yang ceplas-ceplos maka dengan girang aku mengungkapkan keinganku intuk memiliki adek. Hamper setiap hari aku berteriak adek dan adek. Pernah terjadi waktu itu aku sedang belajar di Tk, waktu istirahat aku melihat seorang anak di gendong menggunakan ranjung (semacam tempat untuk menaruh barang yang digendong terbuat dari rotan), berlari aku pulang ke rumah dan berteriak pada ibu untuk membeli anak tersebut karena aku piker anak yang ada dalam ranjung tersebut di jual. Menangis meraung-raung aku karena ibu tak membelikan anak tersebut. Makin keras sekarang setiap hari aku berteriak ingin adek, dan terkabullah harapanku ibu telah mengandung.
Karena merasa sayang aku pada kandungan ibu, sampai pernah aku melakukan hal yang membuatku tertawa bila mengingatnya. Selama hamil ibu tak aku perbolehkan untuk buang air besar, dalam benakku saat itu bagaimana bila adekku ikut jatuh dengan kotorongan betapa aku kan kehilangan calon adekku. Karena itu pula setiap ada aku di rumah ibu tak’kan buang air besar…haha… menggelikan kan tapi bila di nalar ada benarnya, aku kecil mang hebat ya.hehe
Yang aku tau daerah tempat tinggalku saat itu sangat damai, tak ada penerangan listrik tak ada tivi yang kami punya hanya radio yang mencakup wilayah kabupaten. Tak ada kegelisahan, besok acaranya apa ya, ntar malem stasiun mana yang bagus ya…tak pernah kami merisaukan hal tersebut. Memancaing di danau dan mencari undur-undur di dekat rumah itu sudah membuatku bahagia, betapa sederhana bukan???karena kuasa-Nya, kami dilimpahi alam yang begitu indah, dan alami. Di depan rumah terbentang lapangan yang sangat luas, sering utnuk bermain layang-layang bila sore menjelang. Di sebelahnya ada danau yang selalu ramai dikunjungi oleh anak-anak untuk mandi atao mancing. Senang rasanya, melihat mereka beratraksi dengan sebalok kayu untuk ditumpangi untung mereka pandai berenang semua karena danau ini benar-benar dalam. Tak ada buaya, mungkin hanya ular yang berkeliaran. Auw…..ular, kalau sekarang lihat ular kecil aja udah pada menjerit dan heboh tapi di sana kami terbiasa melihatnya. Ular yang senang makan ayam2 kami, ular yang menyerupai kayu dan kami tak pernah takut.
Dibelakang rumah kami, ada banyak pohon jambu dan banyak pula macamnya. Ada jambu Bangkok, ada jambu biji biasa, ada juga pohon jambu susu yang tinggi pohonnya, hamper setiap sore aku dan mbakku bergelantungan di atas pohon untuk menikmati sore dan mengambil jambu tentunya. Semilir angin ketika di atas menyiratkan ketakutan, tegang dan menantang…berjerit kami sesuka hati. Ibu suka sekali memelihara ayam, maka banyak terdapat kandang ayam seperti penginapan kecil untuk ayam, berjajar rapi menurut induknya. Yang paling menyenangkan, walau kami jauh dari pasar tetapi hampir setiap hari minggu bapak memotong ayam hasil peliharaan kami. Dan yang paling aku suka, aku sangat doyan memakan telur ayam mentah…tiap siang aku bergerilya mencari rumah2 ayam yang ada telurnya dan aku ambil di tempat itu pula aku makan kuning telur ayam tersebut..apa mungkin karena itu aku sering dikejar oleh para induk2 ayam…haha…ampun.
Bergulirnya waktu, ahkirnya hari-hari yang mendebarkan akan terjadi. Dari pagi ibu sudah mulas-mulas, aku tau bahwa hari ini ibu akan melahirkan adek aku…dengan sabar aku menunggu ibu, melihat perutnya…tetapi ibu tak menginginkan aku ada di situ saat itu. Maka dengan berat hati kau meninggalkan rumah dan bermain ke tempat teman. Sepanjang perjalanan aku bermain, selalu saja aku bercerita bahwa ibu akan melahirkan aku akan memiliki seorang adek…karena girang tak terasa aku pergi tanpa menggunakan alas kaki. Hamper jam 2 siang waktu itu, ketika aku sedang mandi di rumah temanku, tiba-tiba dengan berlari-lari dan ter-engah-engah mbak L datang menjemputku dan mengabarkan bila ibu sudah melahirkan. Belum sempat memakai baju, aku berlari dibelakang mbak L….kami melewati ladang yang habis di bakar, banyak akar2 tajam kami lalui tak terasa perih, aku kecil tak mengeluh sedikitpun. Rambut yang acak-acakan tak aku pedulikan…mbk..cowok opo cewek…teriakku pada mbakku, mbak Cuma bilang kalau dia belum terlalu jelas melihat yang dia tau ibu melahirkan dengan selamat. Secara aku hanya menginginkan adekku ntar adalah cowok, aku tak suka dengan adek cewek karena aku piker akan ribet mengurusnya dan aku tak suka karena mereka cengeng, gak bisa di ajak berantem…(gak sadar kalo dirinya adalah cewek….hihi).
Rumah telah ramai, menerobos aku ingin melihat adek yang sangat aku harapkan….dan yang pertama kali aku lihat adalah alat kelaminnya, ketika bentuknya berbeda dengan milikku betapa aku bahagia, lupa aku menemui ibu kala itu. Senang sekali, memegang tangan kecilnya…sangat menggemaskan, kulitnya kuning langsat, alisnya tipis panjang, bibirnya tipis…dan aku mulai berani memegangnya perlahan.
…….hari telah berganti……bulan dan tahun menyusul……..
Tiba saatnya kenaikan kelasku, di kelas tiga sd…sekarang agak jauh dari tempat tinggal karena harus melewati danau. Teringat sejenak, ada tradisi di daerah Kuala Kuayan ini ketika kenaikan kelas kami para siswa wajib membawa makanan. Makanan tersebut boleh berupa nasi dan lauknya atau sekedar makanan jajan. Kami akan saling tukar dengan teman lainnya, dengan teman sekelas atau dengan kakak kelas. Biasanya ibu membelikan kue…bala-bala, gurih dan enak tapi tak lupa roti kukus buatan ibu menjadi ciri khas bekal aku dan mbak. Pernah ada siswa yang rela menukar dengan uang kue kukus tersebut, sekalian saja aku berdagang…bisnis kecil-kecilan..i..hi.
…………………..to be continued………………..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar