Senin, 20 September 2010

Petualangan Kecilku

Bukit dan hutan yang berjajar terasa melengkapi kenyataan bahwa tempat ini adalah sebuah pemukiman yang terletak di pedalaman nan jauh di Kalimantan tengah. Terangkai jelas tempat itu dalam benakku, tak pernah aku merasa takut karena selalu saja banyak orang di sekitarku. Gadis berusia 4 tahun yang tak mengerti apa-apa, mengikuti jejak ayah bundanya untuk menjalankan tugas. Kepindahanku kali ini, tak begitu membuat aku sedih karena aku sama sekali tak mengingat tempat tinggal sebelum ini. Ini adalah awal dari rangkaian petualnagn kecilku yang terekam indah dalam sanubari.
Rumah panggung, khas perumahan di pedalaman Kalimantan kini kami tempati. Ada halaman luas di depannya, terdapat sebuah ruang tamu, dua kamar tidur, ruang keluarga, ada dapur dan kamar mandi. Ini adalah rumah dinas bapak, memang serupa dengan rumah-rumah dinas lainnya yang ada di daerah transmigrasi. Satu minggu ato tepatnya aku lupa berapa lamanya, penduduk bapak yang ada di daerah lama mengikuti jejak bapak juga, mereka ikut pindah dan sekitar beberapa minggu tinggal di rumah kami. Tak ingat dengan jelas berapa banyaknya mereka, yang aku ingat hanya suasana rumah sangat ramai setiap harinya. Para ibu-ibu memasak bersama, dan para bapak-bapak mencari kayu bakar atao ikan yang bisa kami makan untuk menambah kebutuhan. Dan kami anak-anak tidak memiliki tugas yang penting, kami main-main setiap hari sampai puas. Tetapi ada segerombol anak-anak yang agak besar mencoba untuk mencari makanan, dan alhasil mereka menemukan setandan pisang yang siap santap di belakang ladang belakang. Padahal itu adalah pisang milik salah satu penduduk setempat….haha..kami berlarian dan memakan pisang tersebut beramai-ramai, sangat menyenangkan saat itu.
Dengan bergantinya waktu, maka keluarga yang bergabung memisahkan diri dan memiliki rumah sendiri-sendiri. Kini tinggal kami, ada bapak yang selalu sibuk dengan pekerjaannya, ada ibu yang pintar membuat camilan untuk kami, ada mbak aku yang begitu lincah dan senang bepergian tanpa aku ketahui dan ada aku yang gendut dan menggemaskan. Tanpa beban karena aku masih kecil, yang aku tau aku bisa bersekolah dan bertemu dengan teman-teman baru. Jangan heran, kata ibu aku sudah bersekolah dari usiaku 2 tahun walau kala itu aku hanya ikut mbak L bersekolah. Maka di usiaku yang 4 tahun ini bisa dikatakan aku tak takut dan tak perlu di antar ibu untuk menuju sekolah. Memang dekat rumah kami dengan sekolah Tk tersebut, semangat membara untuk berkumpul dengan teman berkobar-kobar dalam dada. Sedikit teringat samar dalam ingatan, aku diperkenalkan oleh guru yang mengajar waktu itu. Dan hal itu, hal yang membuatku sangat marah teringat kini…ibu guru dalam candanya, menyebut alisku segedhe pisang raja dan kontan saja aku menangis karena anak-anak yang ada pada tertawa. Tanpa komando dan tanpa melihat ke belakang aku pergi meninggalkan sekolah tk tersebut. Menangis aku dalam perjalanan pulang. Dan selama hamper satu tahun aku tak ingin bersekolah dan memutuskan untuk menghabiskan waktu bermain-main. Ketika ajaran baru telah tiba, usiaku hamper 5 tahun dan ibu mendaftarkan aku pada Tk yang ada, kali ini aku mau karena tempat tk tersebut pindah dan aku mengiranya gurunya pasti juga beda betapa aku senang akan hal tersebut. Kembali aku ke sekolah, bertemu dengan teman-teman yang baru.
Beberapa bulan aku menikmati indahnya sekolah tk, terbesit dalam inginku seornag adek. Aku yang anak terakhir waktu itu merasa sedikit kesepian…walau ada mbak tetapi dia senang pergi dengan teman-temannya dan meninggalkan aku ya mungkin karena dia tak mau terganggu mainnya, ibu juga punya kesibukan…karena sebagai istri pegawai pemukiman tersebut maka ibu aktif melakukan kegiatan organisasi seperti arisan, yasinan, kumpul PKK, kadang masak bersama dengan istri2 pegawai dari pemukiman lain. Dan karena aku orang yang ceplas-ceplos maka dengan girang aku mengungkapkan keinganku intuk memiliki adek. Hamper setiap hari aku berteriak adek dan adek. Pernah terjadi waktu itu aku sedang belajar di Tk, waktu istirahat aku melihat seorang anak di gendong menggunakan ranjung (semacam tempat untuk menaruh barang yang digendong terbuat dari rotan), berlari aku pulang ke rumah dan berteriak pada ibu untuk membeli anak tersebut karena aku piker anak yang ada dalam ranjung tersebut di jual. Menangis meraung-raung aku karena ibu tak membelikan anak tersebut. Makin keras sekarang setiap hari aku berteriak ingin adek, dan terkabullah harapanku ibu telah mengandung.
Karena merasa sayang aku pada kandungan ibu, sampai pernah aku melakukan hal yang membuatku tertawa bila mengingatnya. Selama hamil ibu tak aku perbolehkan untuk buang air besar, dalam benakku saat itu bagaimana bila adekku ikut jatuh dengan kotorongan betapa aku kan kehilangan calon adekku. Karena itu pula setiap ada aku di rumah ibu tak’kan buang air besar…haha… menggelikan kan tapi bila di nalar ada benarnya, aku kecil mang hebat ya.hehe
Yang aku tau daerah tempat tinggalku saat itu sangat damai, tak ada penerangan listrik tak ada tivi yang kami punya hanya radio yang mencakup wilayah kabupaten. Tak ada kegelisahan, besok acaranya apa ya, ntar malem stasiun mana yang bagus ya…tak pernah kami merisaukan hal tersebut. Memancaing di danau dan mencari undur-undur di dekat rumah itu sudah membuatku bahagia, betapa sederhana bukan???karena kuasa-Nya, kami dilimpahi alam yang begitu indah, dan alami. Di depan rumah terbentang lapangan yang sangat luas, sering utnuk bermain layang-layang bila sore menjelang. Di sebelahnya ada danau yang selalu ramai dikunjungi oleh anak-anak untuk mandi atao mancing. Senang rasanya, melihat mereka beratraksi dengan sebalok kayu untuk ditumpangi untung mereka pandai berenang semua karena danau ini benar-benar dalam. Tak ada buaya, mungkin hanya ular yang berkeliaran. Auw…..ular, kalau sekarang lihat ular kecil aja udah pada menjerit dan heboh tapi di sana kami terbiasa melihatnya. Ular yang senang makan ayam2 kami, ular yang menyerupai kayu dan kami tak pernah takut.
Dibelakang rumah kami, ada banyak pohon jambu dan banyak pula macamnya. Ada jambu Bangkok, ada jambu biji biasa, ada juga pohon jambu susu yang tinggi pohonnya, hamper setiap sore aku dan mbakku bergelantungan di atas pohon untuk menikmati sore dan mengambil jambu tentunya. Semilir angin ketika di atas menyiratkan ketakutan, tegang dan menantang…berjerit kami sesuka hati. Ibu suka sekali memelihara ayam, maka banyak terdapat kandang ayam seperti penginapan kecil untuk ayam, berjajar rapi menurut induknya. Yang paling menyenangkan, walau kami jauh dari pasar tetapi hampir setiap hari minggu bapak memotong ayam hasil peliharaan kami. Dan yang paling aku suka, aku sangat doyan memakan telur ayam mentah…tiap siang aku bergerilya mencari rumah2 ayam yang ada telurnya dan aku ambil di tempat itu pula aku makan kuning telur ayam tersebut..apa mungkin karena itu aku sering dikejar oleh para induk2 ayam…haha…ampun.
Bergulirnya waktu, ahkirnya hari-hari yang mendebarkan akan terjadi. Dari pagi ibu sudah mulas-mulas, aku tau bahwa hari ini ibu akan melahirkan adek aku…dengan sabar aku menunggu ibu, melihat perutnya…tetapi ibu tak menginginkan aku ada di situ saat itu. Maka dengan berat hati kau meninggalkan rumah dan bermain ke tempat teman. Sepanjang perjalanan aku bermain, selalu saja aku bercerita bahwa ibu akan melahirkan aku akan memiliki seorang adek…karena girang tak terasa aku pergi tanpa menggunakan alas kaki. Hamper jam 2 siang waktu itu, ketika aku sedang mandi di rumah temanku, tiba-tiba dengan berlari-lari dan ter-engah-engah mbak L datang menjemputku dan mengabarkan bila ibu sudah melahirkan. Belum sempat memakai baju, aku berlari dibelakang mbak L….kami melewati ladang yang habis di bakar, banyak akar2 tajam kami lalui tak terasa perih, aku kecil tak mengeluh sedikitpun. Rambut yang acak-acakan tak aku pedulikan…mbk..cowok opo cewek…teriakku pada mbakku, mbak Cuma bilang kalau dia belum terlalu jelas melihat yang dia tau ibu melahirkan dengan selamat. Secara aku hanya menginginkan adekku ntar adalah cowok, aku tak suka dengan adek cewek karena aku piker akan ribet mengurusnya dan aku tak suka karena mereka cengeng, gak bisa di ajak berantem…(gak sadar kalo dirinya adalah cewek….hihi).
Rumah telah ramai, menerobos aku ingin melihat adek yang sangat aku harapkan….dan yang pertama kali aku lihat adalah alat kelaminnya, ketika bentuknya berbeda dengan milikku betapa aku bahagia, lupa aku menemui ibu kala itu. Senang sekali, memegang tangan kecilnya…sangat menggemaskan, kulitnya kuning langsat, alisnya tipis panjang, bibirnya tipis…dan aku mulai berani memegangnya perlahan.
…….hari telah berganti……bulan dan tahun menyusul……..
Tiba saatnya kenaikan kelasku, di kelas tiga sd…sekarang agak jauh dari tempat tinggal karena harus melewati danau. Teringat sejenak, ada tradisi di daerah Kuala Kuayan ini ketika kenaikan kelas kami para siswa wajib membawa makanan. Makanan tersebut boleh berupa nasi dan lauknya atau sekedar makanan jajan. Kami akan saling tukar dengan teman lainnya, dengan teman sekelas atau dengan kakak kelas. Biasanya ibu membelikan kue…bala-bala, gurih dan enak tapi tak lupa roti kukus buatan ibu menjadi ciri khas bekal aku dan mbak. Pernah ada siswa yang rela menukar dengan uang kue kukus tersebut, sekalian saja aku berdagang…bisnis kecil-kecilan..i..hi.
…………………..to be continued………………..

Rabu, 01 September 2010

Antara Lumajang - Klakah

Lumajang, 01 september 2010
“Dalam angkot Lumajang-Klakah”
Dalam keterburuanku, seketika aku terduduk dalam bangku kosong dalam angkot itu. Pagi masih menyisakan sejuknya tetapi hangatnya mentari mulai menyengat dalam angkot. Semakin berdesak-desakan kami berjejal, tapi aku diam dalam diamku sendiri.
Tak ingin aku berbincang, karena pagi ini banyak hal yang aku pikirkan. Larut dalam pikiranku sendiri. Jalanlah angkot ini, lho tapi kenapa jalannya muter…agak bingung aku dibuatnya. Mana jurusannya menuju pasar lagi..duch pa aku salah naik ya…pukul 07.30. Sedikit sungkan aku beranikan diri untuk bertanya pada perempuan disampingku. “maaf angkot ini jurusan mana?”, tanyaku sedikit panic..”Klakah” jawabnya singkat. “trus kenapa lewat sini…” masih dalam heranku. “saya malah seneng kalau muter-muter begini…”, perempuan itu seakan menikmati. Dalam hati aku heran…wah ndak tau po, kalo aku terburu-buru….
Setelah sesak penuh dengan muatan barang dan semakin banyak orang, angkot inipun berlalu menuju Klakah. Udara yang dibagi-bagi seakan menyisakan sesak yang tak enak. Aku coba menikmatinya, tak lepas mataku pada jendela yang terbuka. Terbayang ibu dan rumahku nan jauh di sana, kucoba menepis rindu yang semakin merusak rinduku pada kampung halamanku.
“mbak sudah menikah”, Tanya perempuan disampingku.”ha..eh belum”, jawabku agak sedikit terkejut. Karena ingin membunuh rasa penat ini akupun bertanya padanya “mbak sendiri, udah menikah??”, “sudah…”, jawabnya sedikit getir, maka dimulailah cerita ini.
Seperti kesal akan nasibnya, perempuan tanpa nama itu bercerita. Terdengar mengutuki pernikahannya, yang terkesan tak bahagia seperti ceritanya. Karena dijodohkan, diapun membenci dan tak bisa mencintai suaminya. Kerjanya hanya naik angkot pagi ke Klakah setelah itu dia akan kembali naik angkot lagi kembali ke Lumajang. Lanjut diapun bercerita, sekarang sedang strees karena tak mendapatkan kebahagian dalam pernikahannya. Akupun hanya mendengar, hanya senyum yang bisa aku beri. Aku bertanya, apakah dia memiliki anak. Yah, memang dia memiliki seorang putra sudah kelas satu SD pula, sudah besar. Tetapi, aku tak mengerti mengapa anak sekecil itu harus neneknya yang merawat. Umurnya kira-kira 30’an tahun dalam tafsiranku, memakai jilbab dan membawa sebuah tas tangan. Kadang aku melihat dia hanya menatap kosong jalan diluar. Tanpa komando kadang dia berbicara, “kan Tuhan itu maha tahu ya…kenapa kok sepertinya dia gak tau saya sudah menderita dan gak ada gunanya hidup….saya mencintai pacar saya, tapi dia jahat kenapa dia tidak memperdulikan saya”…tatapnya seakan itu pertanyaan hanya untuk dia…dalam hati ini, ada rasa yang getir mendengar hal tersebut, ingin rasanya aku membodoh-bodohkan dia, tapi emosiku terkontrol..sebenarnya aku takut mengutarakan saran karena kadang saran tak semudah kejadian tapi bila aku hanya diam aku juga merasa tak enak.”Mbak’kan udah menikah, jadi kenapa harus memikirkan pacar mbak…”,pelan aku berujar, kutatap matanya, agar dia tau aku bersungguh-sungguh padanya. “saya, bingung dengan suami saya…dia tak pernah mengerti saya, saya tau dia sayang dan cinta pada saya tapi dia gak mengerti saya …saya capek setiap hari harus perhatian ma dia… ”, aku bingung campur heran, tadi bilangnya suaminya saying tapi kenapa tidak pengertian. “namanya juga suami-istri mbak, pasti butuh oenyesuain…iklaskan saja pacar mbak…Tuhan sudah member jodoh suami untuk mbak..kasihan anak mbak..”. sebisanya aku berkata supaya dia tidak kacau. “tapi, pacar saya sayang ma saya, saya juga…tapi ada perempuan lain yang merusak hubungan kami..saya jadi heran kenapa saya tidak pernah bisa bertemu dia lagi..”…aduh, aku benar-benar agak kacau nich…ya jelas aja to..wong dia sendiri udah nikah jadi wajar kalo pacarnya juga memiliki pujaan hati lagi.
“mbak gini dech…coba mbak mencoba untuk mengiklaskan pacar mbak…mbak udah punya suami dan anak…terus kalo terus-terusan di jalanan tanpa tujuan yang jelas begini apa yang didapat”…..aku coba menyadarkannya. “memang saya menghabiskan uang suami dan suami memberikan…saya ndak bisa bersosialisasi dengan tetangga…saya strees…”, dia ulangi kata stress dan sepertinya dia butuh orang yang bisa mendengarnya. Aku beri saran, kenapa ndak cerita ma sahabat atau sama orangtua, jangan ditanggung sendiri, dia berkata semua teman-temannya sudah pada berkeluarga dan dia tak enak mengganggu mereka, kalau cerita ma ortu dia pasti kena amuk dan dicuekin. Tuhan, apa yang harus aku lakukan…”mbak dulu kerja dimana?”, aku mencoba mengalihkan pembicaraan…”saya dulu di pabrik-pabrik gitu tapi tak pernah betah…sebenarnya saya pingin kerja direstoran..karena sayadulu SMK Tata boga…”..”lho itu , mbak punya keahlian..kenapa gak mencoba untuk membuat kue biar untuk mengisi kesibukan..”, sedikit senyumku mengembang…”saya ndak suka masak…”…toeng, kenapa kalo ndak suka masuk jurusan Tata Boga…tapi aku enggan bertanya padanya.
Melewati Wonorejo, semakin dia ingin bercerita banyak padaku. Aku hanya bisa memberinya saran, “mbak…seharusnya mbak bersyukur…ada lho wanita berusia 32’an tahun tapi masih belum ketemu jodoh…jadi mbak harusnya terimakasih karena Tuhan telah memberi mbak suami…dan mbak..bulek saya pernikahannya sudah hampir 16 tahun dan belum dikaruniai anak…mbak bersyukur ya…sekarang anak mbak sudah besar”. Dia hanya manggut-manggut…entah dia mngerti atau tidak…aku hanya ingin dia tau bahwa hidup ini dan kehidupan tak sesempit Lumajang-Klakah…cobalah keluar dan rasakan angin, sangat indah bukan alam ini.”dan mbak..ibu saya dan bapak saya juga dijodohkan…hampir 16 tahun pernikahan mereka, ibu baru sangat mengenal bapak dan bertambahlah cintanya….semua butuh waktu” Tuhan, lancangkah aku yang berbicara demikian, aku juga tak tau tentang kehidupan pernikahan…tapi yang aku tau pernikahan bapak, ibukulah contohnya. Seumur hidupku tak pernah aku melihat bapak dan ibu adu mulut dan bertengkar di depan kami anak-anaknya. Ibu yang sangat setia begitu juga bapak. Sering aku berfikir, bisakah aku mencintai suamiku kelak seperti ibu mencintai bapak, begitu tulus dan saling pengertian.
Kamipun berpisah, ingin dia meminta nomor HPku tapi aku hanya bilang, bila kita jodoh pasti akan bertemu lagi. Dan semoga dia segera bisa memperbaiki kehidupannya, yang katanya tak pernah bahagia seumur hidupnya….terkadang orang yang kamu temuai memiliki masalah yang lebih berat daripada kamu…iya, yang kutahu pasti..selalu ada jalan keluar dan hikmah yang bisa di petik dari setiap masalah yang ada atau lebih tepatnya hidup ini adalah ujian yang harus diselesaikan, bila kamu berhenti pada ujian tersebut maka masalahmu akan tetap sama pada tempatnya. So jangan pernah bilang, kamu orang yang paling sengsara dalam hidup ini…katakanlah…”aku orang yang sangat bahagia dan berterimakasihlah…pada Tuhan , pada Orang tua, pada saudara, para sahabat…dan orang-orang itulah yang mendukungmu dan butuh dukungan darimu”

Selasa, 31 Agustus 2010

Rain

when rain come
Fall together
Melting lonely heart
In fear and is solitary
Kept quite in time room
For there, that subconsiolasness
There is day-dream of memory
In rapid rain

Minggu, 22 Agustus 2010

Sepupu Datang

Waktu itu kami kedatangan seorang sepupu yang sudah lama tidak bertemu. Hampir 10’an tahun tidak saling bertukar kabar. Dia adalah anak dari adik ayahku. Untung aja kami cepat akrab, dan cerita panjang lebar. Dia seumuran dengan adikku, adi. Namanya adalah ety, seorang cewek yang bercita-cita ingin jadi pramugari gitu.
Adem ayem sepereti biasa, tidak ada kejahilan yang ada. Tetapi dua srigala kakak beradik telah mempunyai rencana. Dari obrolan kami ternyata ety seorang penakut…a.ha..it’s show time piker kami berdua.
“mbak ety mandi dulu ya…” teriaknya berlari ke kamar mandi belakang
“ndak takut et, katanya seh ada yang ngintipin lho…” teriakku padanya…
Pas waktu magrib dia mandi karena harus antri…di tempat kami hanya memiliki kamar mandi satu, jadi harus berjamaah..haha istilah paan tuch.
“mbak jangan nakutin donk, etykan takut…” balasnya memelas “anterin…”
“hah…ndak mau, disini kalo takut mending semedi di kamar…alias gak sah mandi..tapi jangan harap aku mau nemenin tidur..” balasku selayaknya senior orientasi…
“iya dech mbak, ety berani kok…”dengan gontai dia kembali menuju kamar mandi
Di balik tembok yang berbatasan dengan kamar mandi, dua manusia bermata jahil telah menyusun rencana. Kami berdua terdiam dan sebetulnya agak terganggu mendengar alunan swara cempreng ety yang merasa takut di dalam kamar mandi karenanya dia bernyanyi selayaknya diva..menurut dia..huh. “mbak……..kok gelap. Ety takut ni mbak…”, terdengar tawa aku dan adikku….wkakaka….”gitu aja takut, cuma mati lampu …kitakan juga ngerasain…”jawabku sekenanya…aku dan adikku Cuma mesam-mesem
Ety uring-uringan mungkin kalo gak kepepet gak mau nginap dia di rumah kami. Setelah cukup lama wanita itu mandi…bosan juga kami menunggunya, sebetulnya salah kami juga ngapain juga ikut antri.”eh mbak…mengko le pingsan piye…”Tanya adi padaku, mukanya cemas-cemas senang…”ben…men di enggo kenangan, masa dia kesini ndak terjadi apa-apa..pa kata dunia …”selorohku…
Dan tiba saatnya….pintu pun berderit terbuka, sengaja kami telah berdiri tepat di depan pintu, dengan anduk putih yang menutupi seluruh badan…””aaaaaaaaaaaaa……….” Kontan yang empunya kamar mandi menjerit dan menutup muka ketakutan…. menangis ety dengan kejahilan kami. Tawa kami meledak seketika…antara puas dan sangat puas..ety berlari ke dalam kamar.
“ngopo e…”…swara ibu keras karena terkejut mendengar teriakan ety…ibu berlari menuju TKP…dengan wajah tegang. “haha….ety bu mo nangis tuch…haha” adikku menjawabnya asal sambil terpingkal-pingkal…”ojo do nakal…mengko ndak ra gelem nginep maneh…”ceramah ibuku seketika….”enek opo…”berlarian tante di sebelah rumah bertanya pada kami…setelah kami bercerita singkat “ealah..tak kiro enek opo, kok do jahil..mengko di kandak’e bapak’e lho…” kata tante pada kami…mengkeret juga kami dibuatnya..tapi lanjut.hi
Ke esokan harinya ety berpamit pada kami, dia ingin kos di jogja. “kok cepet ty…kamu ndak krasan ya…” kataku padanya. “ndak kok mbak…mang aku mau asrama aj, deket kampus..”.”budhe, mbak, mas…ety berangkat dulu ya…”. Ada perasaan sedih yang kami berdua rasakan, tapi sedih karena tak ada lagi orang yang di jahilin…ouh harus cari mangsa baru nich..keluh kami.
Sebulan dua bulan ety tak kunjung datang ke rumah padahal kami juga tinggal di jogja…dia pun tak memberi kabar. Ety…..;maapkan kami…karena kejahilan kami kau tak berkenan lagi kerumah kami…maap kami mungkin kurang kejam terhadapmu…huhu…lanjut.
Datanglah kami merindukanmu, rindu ingin menjahilimu..huhu….buat ety, jangan kapok ya…

Minggu, 15 Agustus 2010

Terasingku dalam keramaian, bagai burung tanpa sayap bagai bunga tanpa sinar mentari. Aku bukan kecambah, yang bisa hidup dalam keredupan cahaya. Menginjakku pada bumi tapi tanpa bayangan, aku bukan hantu...melayang sejenak aku pada bergulirnya waktu. Menjelang senja di ufuk barat, terbersit akan kenangan dan harapan.
Aku mungkin anak singa yang diceritakan azam pada santri, perlu serigalakah untuk menyadarkanku. Terdiam dan terus berfikir, hati ini bimbang dan gamang kemana akan berkeluh kesah. Walau aku sanggup berdiri, tapi jiwa ini mengajak untuk berlari menyusuri antara mimpi dan impian

Jumat, 13 Agustus 2010

Gondronk & G_penk Part II

tut..tit..tat..tit...tut
(lagi-lagi swara hp yang jadi pembukanya), "penk enek sms noh", teriakku pada adikku yang kebetulan sedang bikin mie di dapur."soko sopo'e", jawabnya acuh tak acuh. Aku coba untuk membukanya, aku ngidul penk...tertera seperti itu dari gondronk. "gOndronk penk, jarenen meh mrene...enek janji ye kowe"?, tanyaku sekilas. "Ora ki, alah paling biasa". Selang 10 menit kemudian, gondronk sudah sampai dan mereka mulai terlibat perbincangan nagaco. Sejak masuk pada SMA yang sama Gondronk dan G_penk jadi mulai akrab kembali, sering Gondronk kerumah walau cuma sekedar menghisap rokok dan menyumbang asap bagi rumah kami, karena adikku sendiri tidak merokok itu yang kutahu. Walau kadangkala di saat iseng dia akan menghisapnya dengan terbatuk-batuk...haha..mengi penk!!!
Dengan santainya mereka berbincang, sudah menjadi kebiasaan bila gondronk bertandang maka dengan santainya dia akan tidur-tiduran di sofa tak jauh beda dengan gepenk, kadang aku ma ibu geli melihat mereka berdua. gondronk dengan gepenk seperti pacar saja...haha, walaupun sederet nama pacar gondronk memiliki. eit...s walau gepenk tak punya pacar jangan salah banyak yang suka ma dia...suka..nampar, nabok, mukul...haha...begitulah. Tak tau apa yang mereka bicarakan, tetapi gepenk selalu bilang dan cerita padaku apa saja yang dia tau atau dia rasakan. jadi aku merasa, kenal betul dengan teman-teman gepenk walaupun aku jarang sekali ngobrol dengan mereka.
Suatu hari aku pernah bertanya pada gepenk, mengapa dia bisa musuhan bahkan tak saling tegur sapa waktu SD dan SPM, mulailah dia bercerita."sebener'e masalah sepele", ceritapun dimulai. Jadi waktu SD, sekolah mereka berbeda walau saling bersebelahan tapi memang dari dulu kedua SD ini para siswanya saling bersaing dan musuhan, jelas sekolah gondronk terdiri dari anak-anak yang berandalan menurutku yang alumni sekolah gepenk...(haha...bukannya membela, tapi aku pernah jadi korban kebuasan mereka...haduw lain cerita ni).
Waktu itu, gank Gondronk dan G_penk tidak hanya mereka berdua tetapi ada beberapa anak lagi yang aku tau namanya Basori. Pagi itu, sepulang sekolah dari SD kalo ndak salah G_penk kelas 1 SD sedang pulang sekolah dengan sepedanya. Tiba-tiba di tengah perjalanan dia dihadang oleh Gondronk dan Basori, entah mereka berantem. karena masih imoet dan polos, gepenk menceritakan ini pada ibu.
keluarga kami dan gondronk sbenarnya ada hubungan saudara walau cuma hubungan trah, pernah ibuku menasehati gondronk supaya tidak mencegat dan menakut-nakuti gepenk sepulang sekolah.
we...kok malah ngelantur, jadi begini sebarnya waktu itu mereka mengadakan taruhan siapa yang kalah harus main ke rumah yang menang, dan kebetulan gepenk kalah dan dia tidak main karena itu kedua sahabatnya marah dan terjadilah insiden saling cegat.....hadow...masa iy seh, tapi aku tak mudah percaya masa gitu aja sampe memutuskan persahabatan. Aku akan mencari tau sebenar-benarnya apa yang telah terjadi...eng ing eng.......

Kamis, 12 Agustus 2010

Gondronk & Gepenk part I

tit..ti..ru..tit..tut...
"gek sopo isuk-isuk wis ganggu ki", dengan mata berat g_penk meraih hp'y, walah..anak lenang jawabnya pada tanya diri sendiri."ngopo'e penk"?, tanyaku sekenanya..."iki gondronk, kon gawek'e surat ijin."hem...kebiasaan, bolos maneh"?...iyo ki, ra genah cah kae.
Oh ya aku lupa memperkenalkan diri, sebenar'y gak penting juga karena tokoh utama kali ini aku mau nyeritain persahabatn yang aneh menurutku antara Gondronk dan G_penk, tapi kalo di lihat seru juga seh.
Pagi itu, G_penk bangun pagi, sebenarnya itu adalah kebiasaan dia seingatku dari dia mulai sekolah TK mpe sekarng Duduk d-SMA...gila tu anak gak da bosennya. Bangun jam 5 , dengan mata terpejam, ibu yang setia nyuapin si anak super manja ini dan ketika ngerasa udah kenyang dia akan kembali teridur, duch malu-maluin gak tuch. Sekitar jam 05.30 tu anak akan bangun dengan insting kamar mandinya, jangan harap akan dapat tempat untuk waktu 1 jam dia akan melanjutkan tidur dan menghabiskan waktu di kamar mandi. Sering uring-uringan di buatnya, gmn gak kita-kita yang lain harus nyesuain jadwal tu bocah. dan pada jam 06.30 dia udah rapi siap di jemput oleh para temen ato aku jadi korban harus nganter...gubrax!!
Gondrong, lebih rajin lagi bila mood'y untuk sekolahnya lagi tinggi ato paling gak kalo ada gebetan baru nah dia kan dijamin rapi pagi2, karena tu anak dikenal sebagai plaboy berbanding terbalik dengan sahabatnya g_penk.
tit...tit..."walah gek sopo kae?", g_penk mencoba melongo ke depan.."jarene ra mangkat tho", "wah...ra enek konco mbolos je penk, mangkat yo", ternyata gondronk tak jadi mbolos!!
Tak berapa lama mereka berduapun cabut, meninggalkan kegelian tersendiri bagiku. Sebenarnya, G_penk dan Gondronk udah jadi sahabat satu gank waktu di TK, ceile...berat ki, tapi karena ada kesalahpahaman akhirnya sempat putus waktu sd dan sama sekali tak tegur sapa waktu smp. Aku jadi penasaran sebenarnya apa yang menyebabkan mereka berantem(swara..veni rose...silet mode on)
to be continued